Obat Covid-19 ada Dalam Al Quran, Bisa Jadi Kandidat Herbal Potensial

- 14 Maret 2021, 12:02 WIB
Ilustrasi jahe yang berpotensi menjadi obat Covid-19.
Ilustrasi jahe yang berpotensi menjadi obat Covid-19. /Pixabay/Ajale

PURWAKARTA NEWS- Pandemi Covid-19 atau virus corona sampai saat ini menjadi ‘hantu’ bagi masyarakat dunia.

Meskipun belakangan ini sudah mulai melandai namun virus ini belum ada yang bisa memastikan kapan akan selesai.

Namun semua Negara tetap berusaha total untuk menangangi penyakit yang juga membuat lumpuh ekonomi ini dengan berbagai cara. Mulai dari produksi vaksin dan obat-obatan.

Baca Juga: Salah Satunya Jefri Nichol , Ternyata 4 Artis Ini Mengaku Tidak Perjaka Sejak Usia Muda

Baca Juga: Gampang Dicari, Ini 3 Jenis Ikan Cupang Hias Tercantik Berikut Harga

Dalam Rapat Terbuka Senat Milad Ke-78 UII di Kampus UII, Yogyakarta, Jumat 12 Maret 2021 lalu, Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Yandi Syukri menyebutkan sejumlah tanaman yang potensial dikembangkan menjadi obat Covid-19 terkandung dalam Kitab Al Quran.

"Menemukan data ilmiah dari Al Quran belakangan ini meningkat seiring dengan penyelidikan ilmiah modern. Banyak ayat dalam Al Quran yang menjelaskan pentingnya tumbuhan," kata Yandi saat menyampaikan pidato ilmiah dikutip dari Antara.

Kata dia, dari 27 spesies tumbuhan yang disebutkan dalam Al Quran dan Hadits, beberapa yang mudah ditemukan yaitu jinten hitam (habatussauda), madu, bawang putih, kurma, labu, zaitun, adas, delima, anggur, kayu arak atau siwak (untuk sikat gigi), bawang merah, tin, jelay, dan jahe.

Baca Juga: 13 Jenis Anjing yang Cocok Dipelihara dan Jadi Teman Bermain di Rumah

Baca Juga: Gus Yaqut Minta Doa ke Umat Hindu yang Merayakan Nyepi

Di antara tanaman tersebut yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk pengobatan COVID-19 yaitu jahe, serta jinten hitam (habatussauda).

Menurut dia, salah satu studi pemodelan molekul (molecular docking) untuk memprediksi interaksi protein host-virus di lokasi masuknya SARS-CoV-2 menunjukkan efek penghambatan konstituen jahe (Zingiber officinale) sebagai penghambat masuk virus SARS-CoV-2 dengan menggunakan semua protein inang dan asal virus.

Selain itu, jahe merupakan suplemen peningkat kekebalan alami, serta bahan penyusun formulasi herbal yang direkomendasikan oleh Badan POM sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh setelah wabah Covid-19.

"Sehingga sebagai penghambat masuk SARS-CoV-2 jahe juga dapat menjadi suplemen yang aman dan andal untuk memitigasi Covid-19 untuk mengurangi infektivitas karena juga memiliki aktivitas antibakteri dan pendorong imunitas," kata dia.

Adapun jintan hitam atau habatussauda, kata dia, memiliki aktivitas antivirus, antioksidan, antiradang, antikoagulan, imunomodulator, bronkodilator, antihistaminik, antitusif, antipiretik, dan analgesik.

"Sehingga ini akan menjadi kandidat herbal potensial untuk mengobati pasien dengan Covid- 19," kata dia.

Saat ini, kata Yandi, pengobatan alami digunakan oleh sekitar 80 persen populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk perawatan kesehatan primer karena dapat diterima secara budaya, serta kemudahan akses dan keterjangkauan.

"Oleh karena itu, produk alami yang disebutkan dalam Al Quran dan Hadits telah menarik perhatian ahli botani, ahli biokimia, dan farmakognosi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," katanya.

Tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator, kata dia, memainkan peran penting dalam pengobatan infeksi inflamasi, dan imunodefisiensi melalui efeknya pada berbagai sel.

"Mekanisme kerjanya bisa sebagai imunomodulator, imunosupresi, atau imunoadjuvan untuk meningkatkan respons imun spesifik antigen," katanya.

***

 

 

Editor: Muhammad Mustopa

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini