Soal Impor Beras, Ridwan Kamil: Beras kita Masih Suprlus 320 Ribu Ton

- 19 Maret 2021, 15:59 WIB
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menghadiri Rapat Koordinasi Antisipasi Dampak Libur Panjang terhadap Kenaikan Kasus COVID-19 bersama Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (RI) Luhut Binsar Pandjaitan via konferensi video di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (30/10/20). (Foto: Yogi P/Humas Jabar)
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menghadiri Rapat Koordinasi Antisipasi Dampak Libur Panjang terhadap Kenaikan Kasus COVID-19 bersama Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (RI) Luhut Binsar Pandjaitan via konferensi video di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (30/10/20). (Foto: Yogi P/Humas Jabar) /

PURWAKARTA NEWS - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan rencana impor beras oleh pemerintah pusat bakal mengancam kesejahteraan petani. Apalagi Jabar dalam wakti dekat akan ada panen raya.

"Usul Jabar ke pemerintah pusat lebih baik menunda impor beras," kata Emil, sapaan Ridwan Kamil usai menyerap aspirasi perwakilan petani di 27 kabupaten/kota secara virtual di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu yang dikutip Purwakarta News dari Antara pada Jumat 19 Maret 2021.

Baca Juga: Menko Airlangga Perbolehkan Perguruan Tinggi Menyelengarakan Kegiatan Belajar Tatap Muka

Menurutnya, impor dapat dilakukan ketika stok beras dalam negeri defisit. Namun, saat ini, stok beras masih melimpah, terutama di Jabar yang kini dalam kondisi surplus.

"Kalau posisinya kita krisis beras, saya kira impor masuk akal, tapi kami surplus," katanya.

Dia menegaskan, dirinya tidak ingin kebijakan impor beras mengancam kesejahteraan petani. Oleh karena itu, diperlukan manajemen waktu yang lebih matang terkait impor beras.

Baca Juga: 13 Polisi Tewas Diserang Orang Tak Dikenal saat Patroli

Selain itu, Emil mengatakan bahwa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Cirebon berharap impor beras tidak dilakukan saat menjelang panen raya.

"Tadi petani Cirebon curhat awalnya Bulog yang biasa membeli 120 ribu ton sekarang turun jadi 21 ribu ton," ujarnya.

Halaman:

Editor: Muhammad Mustopa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini