Kenali Perbedaan Gejala Demam Dengue dan COVID-19

- 18 November 2020, 15:24 WIB
SEORANG petugas melakukan pengasapan (fogging) di kompleks Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 8 Februari 2019. Pengasapan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semakin meningkat dengan 2.461 kasus per Januari di Jawa Barat.*
SEORANG petugas melakukan pengasapan (fogging) di kompleks Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 8 Februari 2019. Pengasapan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semakin meningkat dengan 2.461 kasus per Januari di Jawa Barat.* /ANTARA

PURWAKARTA NEWS - Selain COVID-19, masyarakat Indonesia juga berisiko menghadapi demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) terutama di masa musim penghujan belakangan ini.

Ketiganya bisa sama-sama berbahaya karena bisa membuat penderitanya kehilangan nyawa, sehingga mengenali gejala dan menanganinya menjadi penting.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), gejala demam dengue meliputi muntah terus-menerus (tiga kali dalam 24 jam), perdarahan mukosa, kesulitan bernapas, lesu atau gelisah, hipotensi postural, pembesaran hati, dialansir dari Antara, Rabu 18 November 2020.

Baca Juga: Vanessa Angel secara Sukarela Datang ke Rutan Pondok Bambu untuk Jalani Hukuman

Pakar kesehatan, dr. Vito Anggarino Damay kepada ANTARA beberapa waktu lalu menyampaikan, penderita juga mengalami demam tinggi (di atas 40 derajat Celcius) selama empat hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk Aedes aegypti, sakit kepala hebat terutama pada bagian belakang mata serta nyeri otot dan sendi.

Tanda berwarna merah biasanya baru muncul di seluruh tubuh pada tiga sampai empat hari setelah demam, kemudian berkurang setelah satu hingga dua hari. Tidak ada obat untuk demam dengue dan pengobatannya hanya menangani gejala. Pada kebanyakan orang, gejala demam dengue berlangsung selama 2-7 hari.

Pada DBD (yang merupakan kondisi dengue yang lebih parah), gejala umumnya sama seperti demam dengue seperti demam, muntah terus menerus, sakit perut, pendarahan dari hidung, gusi atau di bawah kulit sehingga menyebabkan memar berwarna keunguan.

Baca Juga: Presiden Donald Trump Terima Luhut Binsar Pandjaitan di Gedung Putih

Selama sekitar sehari atau dua hari berikutnya, kapiler darah di seluruh tubuh mulai merembeskan cairan mengalir dan membanjiri rongga perut. Cairan juga bisa mengalir ke rongga paru-paru sehingga menyebabkan sesak napas atau kerusakan kelenjar getah bening dan pembesaran hati. Akibat terburuknya, penderita bisa menghadapi kematian.

Halaman:

Editor: Opie Febiwara

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x