Mengenal Tradisi Lisan atau Pribahasa di Masyarakat Sunda

- 6 Juli 2022, 17:40 WIB
Foto Ilustrasi: Mengenal Tradisi Lisan di Masyarakat Sunda
Foto Ilustrasi: Mengenal Tradisi Lisan di Masyarakat Sunda /Hening Prihatini/buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 5 SD/MI

Ini berkaitan dengan hal kedisiplinan dalam diri, larangan dilarang duduk di atas meja yang pertama karena meja itu bukan tempat duduk, dan jika di duduki tentu akan rusak.

Oleh sebab itu sanksi berupa banyak utang itu karena memperbaiki meja memerlukan seuah biaya, kalau tidak puya maka jalan untuk memperbaikinya yakni berhutang.

4. Ulah gunta-ganti tobas (piring alas), matak loba dunungan.

Maksudnya tentu jika kita makan banyak mengganti piring akibatnya akan banyak piring atau wadah yang kotor dan menyebabkan banyaknya piring yang harus dicuci, hal ini seolah-olah seperti banyak majian yang menyuruh membersihkan banyak wadah.

Baca Juga: Bale Indung Rahayu, Wisata Edukasi Kebudayaan Sunda di Purwakarta

Maka cukup saja satu piring/wadah jika hendak makan.

5. Ulah diuk dina nyiru, matak unggah balewatangan.

Maksudnya, larangan ini berkaitan dengan kesopanan, nyiru yang berupa kata benda ini di urang Sunda digunakan sebagai tempat menjemur makanan berupa kerupuk mentah, nah jika di duduki maka tentu bukan hal yang semestimya.

Maka sanskinya berupa unggah balewatangan yang artinya banyak tudingan atau fitnah bila melakukan duduk di atas nyirum karena hal itu tidak pantas.

Itulah beberapa contoh yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, Masih banyak lagi larangan-Larangan yang masuk sebagai tradisi lisan Pamali di Masyarakat Sunda.

Halaman:

Editor: Solahudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini