Mengenal Tradisi Lisan atau Pribahasa di Masyarakat Sunda

- 6 Juli 2022, 17:40 WIB
Foto Ilustrasi: Mengenal Tradisi Lisan di Masyarakat Sunda
Foto Ilustrasi: Mengenal Tradisi Lisan di Masyarakat Sunda /Hening Prihatini/buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 5 SD/MI

Cukup dengan perkataan; 'jangan melakukan sesuatu yang diangap pamali'. Itu membuat yang mendengarnya tidak berani melakukan hal tersebut.

Baca Juga: Makna Lagu 'Pileuleuyan' Lagu Daerah Jawa Barat dengan Lirik Lagu Bahasa Sunda

Maka dari itu, berikut adalah kalimat larangan atau pamali yang masih melekat di masyarakat Sunda.

1. Ulah diangir sore-sore, matak maot di pangumbaraan.

Maksudnya ini menunjukan waktu yang tanggung untuk berkeramas pada sore hari.

Hal ini berkaitan dengan suhu udara sore hari yang mana merupakan peralihan antara siang menuju malam, yang apabila berkeramas pada waktu itu rentan terkena penyakit, yang kemudian sankinya berupa mati di perantauan itu menjadikan bahwa ketika badan menjadi rentan penyakit maka ketika bepergian/merantau badan akan mudah sakit dan bisa saja meninggal.

Baca Juga: Masyarakat Purwakarta Harus Tahu Tentang Istilah-istilah Waktu dalam Kebudayaan Sunda

2. Ulah ditiung ranggap, matak kotokeun.

Hal ini berkaitan dengan ke mubadziran dalam hal pakaian. Karena untuk apa memakai kerudung rangkap sampai dua, bukankah satu saja sudah cukup. Maka sanksinya berupa kotokeum (kurang awas pandangan) karena memakai dua kerudung sekaligus.

3. Ulah diuk dina meja, matak loba hutang.

Halaman:

Editor: Solahudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah