Ngaji Budaya: Mengenal Kampung Adat Cieundeu

22 Agustus 2022, 04:30 WIB
PAPAN nama Kampung Adat Cireundeu, Cimahi.*/PRFM /

PURWAKARTA NEWS - Mari mengenal salah satu kampung adat di daerah Jawa Barat tepatnya di kota Cimahi, yaitu kampung adat Cireundeu.

Kampung Adat Cireundeu, kampung ini sendiri berasal dari nama "pohon reundeu" lantaran pada awalnya banyak populasi pohon reundeu di kampung ini.

Kampung Adat Cireundeu terletak di keluarahan Leuwigajah, kecamatan Cimahi Selatan, kota Cimahi, Jawa Barat.

Baca Juga: Ngaji Budaya: Mengenal Kesenian Sintren Asal Cirebon Jawa Barat

Baca Juga: Ngaji Budaya: Mengenal Seni Tari Tradisional Jaipong

Dikutip PurwakartaNews dari Cimahikota.go.id Masyarakat kampung Cireundeu terdiri dari 50 kepala keluarga atau 800 jiwa, yang sebagian besar bermata pencaharian bertani ketela.

Kampung Adat Cireundeu sendiri memiliki luas 64 ha terdiri dari 60 ha untuk pertanian dan 4 ha untuk pemukiman. Sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan hingga saat ini.

Baca Juga: 5 Buku Rekomendasi Buku Bacaan Mahasiswa Antropologi Budaya

Baca Juga: Mengenal Bubur Suro, Kuliner Daerah Yang Masuk Waris Budaya Tak Benda

Mereka konsisten dalam menjalankan ajaran kepercayaan serta terus melestarikan budaya dan adat istiadat yang telah turun-temurun dari nenek moyang mereka.

Selain itu, masyarakat Kampung Adat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaannya, kebudayaan, serta adat istiadat leluhur mereka.

"Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman" sebagai prinsip hidup mereka. Arti kata dari “Ngindung Ka Waktu” ialah kita sebagai warga kampung adat memiliki cara, ciri dan keyakinan masing-masing. Sedangkan “Mibapa Ka Jaman” memiliki arti masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik 17 Agustus di Berbagai Daerah Indonesia

Baca Juga: Mengenal Upacara Adat Nyangku, Tradisi di Panjalu Ciamis

Jika kalian berkunjung ke Kampung Adat Cireundeu, di gerbang masuk kita akan disambut oleh monumen Meriam Sapu Jagat.

Simbol Satria Pengawal Bumi Parahyangan ini juga dilengkapi tugu mungil bertuliskan Wangsit Siliwangi, yaitu jujur, ksatria, membela rakyat kecil, sayang pada sesama, dan menjadi wibawa.

Di Kampung Adat Cieundeu juga terdapat Saung Baraya dan Bale Saresehan. Bale-bale ini biasa digunakan warga sekitar sebagai tempat pertemuan dan pagelaran seni.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Lisan atau Pribahasa di Masyarakat Sunda

Baca Juga: Tolak Perkembangan Zaman dan Teknologi, Inilah 5 Suku di Dunia yang Masih Pertahankan Tradisi

Pada setiap bulan Sura, bale-bale ini digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang golek.

Tradisi ini merupakan bentuk syukur pada Sang Maha Pencipta, atas semua kenikmatan yang sudah diterima.

Masyarakat Kampung Adat Cireundeu memiliki kesenian gondang, karinding, serta angklung buncis yang biasanya ditampilkan dalam ritual upacara adat tertentu. Seperti upacara menyambut tamu.

Masyarakat ini punya konsep kampung adat yang selalu diingat sejak zaman dulu, yaitu suatu daerah itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu;

Baca Juga: Mengenal Rajah dalam Kebudayaan Sunda

Baca Juga: Ratusan Masyarakat Subang Meriahkan Festival Tujuh Sungai Ke-7

1. Leuweung Larangan (hutan terlarang)

Merupakan hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat adat Cireundeu khususnya.

2. Leuweung Tutupan (hutan reboisasi)

Hutan yang digunakan untuk reboisasi, hutan tersebut dapat dipergunakan pepohonannya namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Luasnya mencapai 2 hingga 3 hektar.

3. Leuweung Baladahan (hutan pertanian)

Hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat adat Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian.***

Editor: Awenk Wahyudin

Sumber: cimahikota.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler