Demi Pengabdian, Seorang Guru di Purwakarta Rela Susuri Sungai dan Jalan yang Terjal

- 24 November 2021, 19:48 WIB
Unandar saat dalam perjalanan menuju SDN Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.
Unandar saat dalam perjalanan menuju SDN Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. /Tim Purwakarta News

PURWAKARTA NEWS - Jalan yang terjal dan berlumpur hingga terkadang harus menyusuri sungai, tak menyurutkan niat Unandar (39) untuk mengabdi menjadi seorang guru di SDN 1 Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

Setiap harinya, dari tempat tinggalnya di wilayah Kecamatan Tegalwaru ke SDN Parungbanteng, Unandar menghabiskan waktu sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor tuanya atau berjarak sekitar 20 kilo meter.

"Kami setiap hari berangkat dari rumah di Kecamatan Tegalwaru menuju tempat kerja di SDN 1 Parungbanteng menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam," kata Unandar pada Rabu, 24 November 2021.

Baca Juga: Jelang Kick-Off Kontra Persiraja, Persib Bandung Dirundung Masalah

Tidak hanya jarak yang ditempuh dari rumah ke sekolah sepanjang 20 kilometer, menurutnya, jalur melalui jalan provinsi yang sepenuhnya belum selesai masih banyak jalan yang masih terjal, juga berlumpur serta ada sebuah jembatan yang hingga kini belum selesai yang bisa saja mengancam jiwa jika musim hujan seperti saat ini.

"Tak hanya jalan terjal dan berlumpur yang setiap hari kami lalui, ada juga sebuah jembatan yang belum selain hingga saat ini. Karena kalau tidak musim hujan kami biasa melewati sebuah sungai yang bisa kami lalui. Namun, jika musim hujan seperti saat ini otomatis kami melewati jembatan yang belum selesai tersebut dengan berjalan kaki, pasalnya tidak bisa dilalui kendaraan bermotor," ucap pria yang sudah mengabdi kurang lebih 20 tahun di SDN dan SMPN Satap 1 Parungbanteng itu.

Selain melalui darat dengan menggunakan sepeda motor, sambung dia, ada alternatif lain yakni dengan menyebrang Danau Jatiluhur menggunakan perahu.

Baca Juga: Rumah Semi Permanen di Bojong Purwakarta Habis Dilalap Si Jago Merah, Tidak Ada Korban Jiwa

"Di musim hujan seperti ini melewati jalur air dengan menyebrang Danau Jatiluhur itu beresiko juga, seperti banyaknya eceng gondok. Bisa saja kami terjebak eceng gondok itu dan membuat kami tidak bisa berangkat ke sekolah. Terlebih perahu yang biasa kami gunakan mengalami kerusakan dan tidak bisa dipergunakan," tuturnya.

Halaman:

Editor: Aga Gustiana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x