Kemudian, alat itu akan menampilkan lokasi yang hendak dituju masyarakat, berikut dengan penunjuk jalannya. Selain itu, dalam media tersebut masyarakat bisa melihat data mengenai jumlah kunjungan wisatawan di masing-masing destinasi.
"Dengan alat ini, pelayanan kepariwisataan menjadi lebih praktis dan mudah," ujarnya.
Baca Juga: Jadwal Acara TV SCTV dan Indosiar 6 Oktober 2021: Ada Buku Harian Seorang Istri dan Bintang Pantura
Manurut dia, inovasi yang dilakukan instansinya ini bisa menjadi pelengkap pelayanan di sektor kepariwisataan di wilayahnya. Karena, tak bisa dipungkiri saat ini kemajuan teknologi semakin pesat.
Tentunya, pemerintah harus bisa bersaing. Salah satunya, dengan menerapkan pelayanan-pelayanan berbasis teknologi seperti ini.
Terkait Covid-19, di masa pandemi seperti sekarang ini sektor pariwisata memang menjadi salah satu yang terdampak. Bahkan, sejak mewabahnya Covid-19, pihaknya beberapa kali terpaksa meminta para pengelola untuk menghentikan sementara aktivitas pariwisata. Hal itu, bukan tanpa alasan, tapi lebih ke pencegahan penyebaran corona lebih massif.
Dengan kondisi tersebut, kata Acep, jelas sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke wilayahnya. Sebagai perbandingan, kata dia, di 2019 lalu jumlah kunjungan ke wilayahnya mencapai 2,5 juta wisatawan.
Sedangkan, di 2020 kemarin, kunjungan ke kita hanya di angka 978.000 wisatawan dari target 2,5 juta pengunjung yang jika dipersentasekan itu kurang dari 40 persen.
Saat ini, pihaknya juga mendorong supaya pelaku pariwisata mendapat sertifikat CHSE sebagai jaminan kepada wisatawan. Sampai saat ini, baru ada 12 pelaku pariwisata yang telah memiliki sertifikat tersebut. ***