Harga Telur Ayam Anjlok Sementara Pakan Terus Naik, Peternak di Purwakarta Terancam Gulung Tikar

- 25 September 2021, 17:51 WIB
Peternak ayam jenis petelur di Kabupaten Purwakarta.
Peternak ayam jenis petelur di Kabupaten Purwakarta. /Tim Purwakarta News

PURWAKARTA NEWS - Harga telur ayam terus merosot belakangan ini. Di saat yang sama harga pakan merangkak naik. Hal itu membuat para peternak ayam jenis petelur di Kabupaten Purwakarta kian mengeluh.

Sugianto (60) salah seorang peternak ayam petelur di Desa Darangdan, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta mengatakan, kondisi tersebut sudah berjalan hampir satu bulan dan nyaris tak ada solusi untuk meminimalisasi angka kerugian. Dampak buruknya, bisa-bisa peternak gulung tikar.

"Berkaca pada harga jual telur dan harga beli pakan saat ini, setiap hari saya nombok sekitar Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu. Kalau seperti ini terus bisa-bisa peternak ayam petelur gulung tikar karena tidak ada solusi selain lelang ayam," keluhnya, Sabtu, 25 September 2021.

Baca Juga: Tekan Angka Penyebaran Covid-19, Brimob Polda Aceh Semprot Desinfektan

Saat ini, lanjut Sugianto, harga jual telur terus anjlok, sementara harga pakan naik dari sebelumnya Rp 6.300 menjadi Rp 7.200 per kilogramnya.

"Sekarang, harga jual telur ke warung grosir antara Rp 15.000 sampai Rp 16.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp18.000 sampai Rp 19.000. Sementara ke eceran Rp 18.000 dari sebelumnya Rp 21.000 sampai Rp 22.000 per kilogram," ujarnya.

Selain harga pakan, ditambahkan Sugianto, penyebab anjloknya harga telur diduga akibat maraknya telur asal daerah Jawa Tengah/Timur yang masuk ke wilayah Jabodetabek. Harga telur dari Wilayah Jawa, lebih murah dibanding harga telur di wilayah Jabodetabek.

Baca Juga: DPRD Jabar Prihatin Terhadap Ketimpangan Penguasaan Tanah di Indonesia

"Telur dari Jawa harganya lebih murah, sekitar Rp 13.000 dijual di sini (wilayah Jabodetabek-red) sekitar Rp 14.000 sampai Rp 15.000. Bedanya, telur di sini lebih fresh karena langsung dari kandang, kalau dari Jawa sudah sekitar 1 mingguan baru dijual ke pasaran," ungkap pria yang mengaku sudah bergelut dengan ayam petelur lebih dari 20 tahun tersebut.

Sejumlah cara pun sudah dilakukan untuk menutup pengeluaran yang saat ini tidak sebanding dengan pemasukan. Namun, cara itu pun rupanya berpengaruh terhadap bertelurnya ayam.

"Bukan disiasati lagi, tapi memang terpaksa kita lakukan. Caranya, kita kurangi takaran pemberian pakan, tapi yang terjadi malah berpengaruh juga terhadap jumlah telur yang dihasilkan setiap ayam setiap harinya. Serba salah jadinya, sudah pengen nangis saya," tutur Sugianto.

Baca Juga: Fokus Lawan Persikabo 1973, Nick Kuipers Yakin Persib Bandung akan Semakin Baik

Hal senada juga dikatakan Lili, peternak asal Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao, Kabaupaten Purwakarta, menurutnya, permasalahan peternak saat ini kurang lebih sama. Ia pun berharap, situasi kembali pulih.

"Sama pak, semua peternak ayam petelor saat ini sedang menjerit. Bagaimana tidak menjerit, harga telur anjlok sementara harga pakan terus naik. Tak heran banyak yang terancam gulung tikar alias bangkrut," tandasnya.***

Editor: Aga Gustiana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini