PURWAKARTA NEWS - Hallo Sobat budaya! Mari kita mengenal salah satu kampung adat di Jawa Barat. Yaitu Kasepuhan Ciptagelar yang berada di Kabupaten Sukabumi.
Sebelum membahas lebih jauh, Kampung Adat Ciptagelar memiliki sejarah panjang, serta ciri khas, terutama dalam konteks ketahanan pangan. Dan Kampung Adat Ciptagelar disebut juga dengan Tatanan Kasepuhan Ciptagelar.
Kampung Adat Ciptagelar merupakan sebuah desa yang didalamnya terdapat masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhur sebagai orang sunda.
Baca Juga: Ngaji Budaya: Mengenal Kampung Adat Cieundeu
Baca Juga: Ngaji Budaya: Mengenal Kesenian Sintren Asal Cirebon Jawa Barat
Kampung Adat Ciptagelar terletak di pedalaman Gunung Halimun-Salak. Dengan kondisi tersebut, suasana asri dan sejuk sudah pasti bisa dirasakan oleh para wisatawan.
Di kampung ini, suasana sangat kental dengan khas sunda. Disana berjajar puluhan rumah panggung berdinding kayu dan beratap rumbia atau kirai.
Baca Juga: Ngaji Budaya: Mengenal Seni Tari Tradisional Jaipong
Baca Juga: Ngaji Budaya: Inilah Unsur-unsur Kebudayaan
Kehidupan sehari-harinya masyarakat laki-laki memakai pangsi dengan kepala terbungkus iket. Sementara kaum wanita mengenakan kebaya. Mayoritas masyarakat penghuni kampung adat adalah petani.
Tradisi yang paling menonjol adalah nilai-nilai budaya menanam dan menyimpan padi. Mulai dari memilih benih, penanaman, panen sampai menyimpan padi, semuanya dilakukan secara tradisional.
Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar hanya menanam padi setahun sekali. Bahkan pasokan padi bisa untuk lima sampai enam tahun kedepan.
Baca Juga: 5 Buku Rekomendasi Buku Bacaan Mahasiswa Antropologi Budaya
Baca Juga: Mengenal Bubur Suro, Kuliner Daerah Yang Masuk Waris Budaya Tak Benda
Dikutip PurwakartaNews.com dari sukabumikab.go.id pada tahun 1960-an Kampung Kasepuhan Ciptagelar mempunyai nama khusus yang dapat dianggap sebagai nama asli masyarakat tersebut, yaitu perbu namun nama perbu diganti menjadi kasepuhan atau kesatuan.
Sejak tahun 2001 sekitar bulan juli kampung ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melakukan hijrah wangsit ke Desa Sirnaresmi, di Desa Sukamulya Abah Anom sebagai pemimpin kampung adat memberi nama Ciptagelar yang artinya terbuka atau pasrah.
Kepindahan Kampung Ciptarasa ke Ciptagelar ini atas perintah leluhur yang disebut wangsit, wangsit yang diterima Abah Anom melalui proses ritual yang hasilnya harus dilaksanakan.
Baca Juga: 5 Tradisi Unik 17 Agustus di Berbagai Daerah Indonesia
Baca Juga: Mengenal Rajah dalam Kebudayaan Sunda
Pada tahun 2002 Abah Anom sebagai pemimpin menerima wangsit dari leluhur untuk pindah dari Ciptarasa ke Ciptagelar Oleh karena itulah perpindahan kampung adat merupakan kesetiaan dan kepatuhan leluhur.
Setiap tahun, masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar memiliki ritual adat yang disebut Seren Taun. Upacara ini merupakan tanda syukur kepada Tuhan yang maha kuasa atas berkah panen yang melimpah serta menandai awal tahun pertanian dalam tradisi Sunda.
Pada saat pelaksanaan ritual inilah banyak wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara berbondong-bondong menuju Kasepuhan Ciptagelar untuk menikmati helaran atau pagelaran wisata budaya, wisata alam dan wisata sejarah komunitas yang bermukim sejak berabad-abad silam pegunungan Halimun.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Lisan atau Pribahasa di Masyarakat Sunda
Baca Juga: Masyarakat Purwakarta Harus Tahu Tentang Istilah-istilah Waktu dalam Kebudayaan Sunda
Selain itu Banyak kebudayaan dan perilaku kearifan lokal lainnya selain seren taun masyarakat kasepuhan Ciptagelar ini memiliki magnet kuat daya tarik wisata.***