Ta merupakan akronim dari kata ‘Meta’ berasal dari bahasa Sunda yang berarti pergerakan, lalu ‘Ra’ berarti api yang agung sama dengan arti Ra dalam bahasa Mesir analogi api yang agung adalah matahari. Dan yang terakhir ‘Wangsa’ sinonim dari kata Bangsa, manusia yang menempati satu wilayah dengan aturan yang mengikatnya. Jadi Ta-Ra-Wangsa berarti ‘kisah kehidupan bangsa matahari’.
Dengan kata lain, tarawangsa merupakan kesenian penyambutan bagi hasil panen padi tumbuhan yang sangat bergantung pada matahari sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Baca Juga: 5 Buku Rekomendasi Buku Bacaan Mahasiswa Antropologi Budaya
Baca Juga: Mengenal Bubur Suro, Kuliner Daerah Yang Masuk Waris Budaya Tak Benda
Tarawangsa merupakan ensemble kordofon (alat musik dawai yang sumber bunyinya berupa ruang resonator) dua alat musik.
Yang satu dinamakan Tarawangsa itu sendiri, dimainkan dengan cara digesek dan yang satunya dinamakan jentreng dimainkan dengan cara dipetik.
Dilihat dari segi fungsinya, seni tarawangsa selalu dipertunjukan dalam siklus penanaman padi.
Dalam masyarakat agraris tradisional, padi selalu diidentikan dengan sosok Nyai Sri Pohaci atau Nyi Pohaci Sanghyang Dangdayang Asri, Dewi Asri (Dewi Sri) sebagai dewi padinya masyarakat Sunda.
Baca Juga: Lima Kuliner Khas Khas Daerah Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda Oleh Jawa Barat, Apa Saja?