Mengenal Upacara Adat Nyangku, Tradisi di Panjalu Ciamis

- 21 Juli 2022, 04:39 WIB
Proses Pemandian Pusaka dalam Upacara Tradisi Nyangku
Proses Pemandian Pusaka dalam Upacara Tradisi Nyangku /Foto @bagjaaaa.id pada penelitian 2021/

PURWAKARTA NEWS - Indonesia dikenal sebagai negara pluralis, terbanyak tradisi budaya yang terdapat di negeri ini. Keberagaman budaya, tradisi menjadi ciri khas indonesia yang kaya akan perbedaan di setiap daerahnya. Salah satu terdapat di kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Artikel ini akan mengenalkan anda sebuah tradisi di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tradisi budaya ini adalah upacara adat nyangku, simak artikel ini sampai akhir.

Upacara adat nyangku merupakan upacara prosesi mencuci dan membersihkan benda pusaka peninggalan Raja Panjalu, Prabu Sanghyang Borosngora yang biasa dilakukan setiap satu tahun sekali di bulan Maulid atau Rabiul Awal.

Baca Juga: Mengenal Rajah dalam Kebudayaan Sunda

Baca Juga: Ratusan Masyarakat Subang Meriahkan Festival Tujuh Sungai Ke-7

Makna dilaksanakannya upacara adat ini adalah untuk menghormati peninggalan pusaka leluhur sebagai ungkapan terima kasih atas jasa-jasa leluhur Panjalu yang telah menyebarkan agama Islam di wilayah Galuh, Ciamis, khususnya di Kecamatan Panjalu

Oleh karena itu, tradisi ini diadakan setiap bulan maulid minggu terakhir di hari senin atau kamis. Inti dalam ritual ini adalah pembersihan benda-benda pusaka yang dimiliki oleh Kerajaan Panjalu.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Lisan atau Pribahasa di Masyarakat Sunda

Baca Juga: Sudah Mengenal Istilah-Istilah Waktu dalam Kebudayaan Sunda? Cek Disini penjelasannya

Salah satu rangkaian ritual yang terdapat dalam prosesi upacara adat nyangku adalah upacara helaran, upacara helaran merupakan arak-arakan untuk membawa pusaka dari Bumi Alit sampai ke Situ Lengkong sebelum dilakukan proses pembasuhan pusaka.

Upacara helaran atau arak-arakan yang dimaksudkan sebagai tradisi untuk menghantarkan benda-benda pusaka dari Pasucian Bumi Alit menuju ke tengah Situ Lengkong yang disebut dengan Nusa Gede atau Nusa Larang.

Upacara ini merupakan bentuk dari rasa antusiasme terhadap prosesi pelaksanaan upacara adat Nyangku dan tidak heran jika banyak masyarakat yang ikut dalam memeriahkan upacara helaran tersebut.

Baca Juga: 6 Tempat Wisata Baru di Kota Subang yang Lagi Hits, Nomor 3 Serasa Cappadocia

Baca Juga: Inilah 10 Tempat Wisata Terbaru di Ciamis

Nyangku sendiri disebut sebagai lebaran kedua masyarakat Panjalu. Hal tersebut diungkapkan oleh Raden Agus yang merupakan salah satu keturunan dari Prabu Borosngora.

Prosesi upacara helaran dimulai dengan mengeluarkan benda-benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora dari Museum penyimpanan benda pusaka “Pasucian Bumi Alit”.

Setelah dikeluarkan, benda-benda pusaka tersebut dibungkus dengan kain sarung dan dibawa seperti menggendong bayi oleh para keturunan Prabu Borosngora. Kemudian, benda-benda pusaka tersebut diarak oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih.

Baca Juga: Flora Wisata DCastello, Destinasi Tempat Wisata Baru di Ciater

Baca Juga: Mau Berkemah? Cek Rekomendasi 5 Tempat Berkemah di Jawa Barat

Pada prosesinya, terdapat aturan khusus dalam pemakaian pakaian, yaitu keturunan dan para tokoh adat Panjalu yang ikut terlibat dalam helaran diwajibkan untuk menggunakan pakaian adat berupa ikat kepala dan baju pangsi baik yang berwarna putih maupun hitam

Rombongan awal yang memimpin jalannya arak-arakan atau Upacara Helaran adalah rombongan pemain musik gembyung dan sholawat. Kemudian, disusul dengan rombongan yang membawa parupuyan atau kemenyan.

Setelahnya disusul oleh rombongan yang membawa benda-benda pusaka. Rombongan yang membawa benda-benda pusaka tersebut merupakan para keturunan dari Raja Panjalu, namun tidak semuanya.

Baca Juga: Ada Tempat Wisata Bernuansa Alam Gunung Dago yang Sedang Viral dan Murah di Bogor

Baca Juga: 15 Tempat Wisata di Sukabumi yang Jadi Rekomendasi Tempat Liburan Keluarga

Setelah para rombongan pembawa pusaka, barisan lainnya dan terakhir yaitu rombongan pembawa air Tirta Kahuripan. Rombongan pembawa air ini mengenakan pakaian putih dan membawa air tersebut dengan cara dipikul di atas kepala.

Sebelumnya, air Tirta Kahuripan tersebut telah diambil dari 3 bulan sebelum dilakukannya ritual Nyangku dan diambil dari 43 mata air.

Upacara helaran dapat dikatakan sebagai rangkaian dari prosesi ritual Nyangku yang menyimbolkan adanya rasa syukur dan sukacita dalam pelaksanaannya. Bagaimana masyarakat atau pihak-pihak terkait berbondong-bondong mengikuti arak-arakan dan menghantarkan benda-benda pusaka tersebut untuk proses penyucian.***

Editor: Aga Gustiana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah