Model Pembelajaran Evaluasi Autentik Jadi Alteratif Peniliaian Belajar Pesantren di Tengah Pandemi

- 29 Agustus 2021, 11:52 WIB
Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr Izzatul Mardhiah.
Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr Izzatul Mardhiah. /

PURWAKARTA NEWS – Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr Izzatul Mardhiah, mengungkapkan saat ini pesantren tidak lagi menjadi sekolah alternatif bagi sebagian kalangan muslim di Indonesia, melainkan menjadi pilihan utama sebagai tempat belajar anak.

Hal tersebut, kata dia, dapat dilihat dengan banyaknya pesantren yang menjadwalkan tes masuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jauh sebelum tahun ajaran baru.

Baca Juga: Bikers Brotherhood 1 Persen MC Purwakarta Gelar Donor Darah dengan Target 100 Labu, Bupati Anne: Luar Biasa!

“Artinya, banyak pesantren favorit tidak menjadi pilihan terakhir setelah siswa tidak diterima di sekolah negeri,” ujar perempuan yang juga menjabat Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UNJ.

Dengan begitu, sambung dia, ini merupakan sebuah tantangan bagi dunia pesantren agar bisa melahirkan peserta didik yang bermutu. Terutama di tengah kondisi pandemi Covid-19 tentunya pola pembelajaran pesantren mesti menyesuaikan dengan zaman.

“Dengan penawaran pembelajaran yang lebih banyak mefokuskan pada output santri mempunyai karakter unggul, kepribadian baik dan religius, maka merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pesantren untuk menjamin mutu output peserta didiknya terutama di masa Covid-19 dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PPJ),” jelasnya saat mengisi kegiatan di Ponpes Nurul Huda Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.

Baca Juga: Lee Sang-yi Bangga bisa bertemu Shin Min-a di Hometown Cha-Cha-Cha

Dia tak memungkiri, PPJ tentu saja menjadi problem tersendiri bagi pesantren untuk melihat perkembangan prilaku dan pembinaan sikap, akhlak dan karakter religius santri. Namun, hal ini bukan sama sekali tidak dapat dicarikan alternatif penilaian untuk mengamati perkembangan sikap santri yang jauh dari pantauan guru dan pengasuh pondok tersebut.

“Metode penilaian hasil pembelajaran terutama mata pelajaran keagamaan sering kali tidak terintegrasi dengan pembinaan akhlak. Sementara transfer ilmu dan nilai-nilai senantiasa diberikan secara rutin kepada santri,”ujarnya.

Baca Juga: Hati-hati, Sejumlah Wilayah di Indonesia Diprediksi akan Terjadi Hujan Lebat dan Banjir

Halaman:

Editor: Muhammad Mustopa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x