Perjalanan Wali Paidi Asal Indonesia yang Gemar Merokok Dji Sam Soe

- 5 Juli 2022, 16:58 WIB
Perjalanan Wali Paidi Asal Indonesia yang Gemar Merokok Dji Sam Soe
Perjalanan Wali Paidi Asal Indonesia yang Gemar Merokok Dji Sam Soe /Tangkapan layar/

PURWAKRTA NEWS - Wali Paidi adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dia adalah anak terakhir.

Kakak Wali Paidi yang pertama namanya Sholeh dan sekarang dia jadi Kyai di daerah Kediri, punya pondok Salaf kecil, yang hanya ramai ketika bulan Ramadhan, sudah menjadi budaya kalau bulan Ramadhan banyak santri dari pondok lain yang ngaji posoan hanya untuk menghatamkan beberapa kitab.

Sesekali Wali Paidi juga sering ikut mengaji ngalap berkah ke kakanya, ngaji di bulan Ramadhan memang sudah menjadi Budaya, ngaji kitabnya juga super cepat yang bertujuan memang untuk menghatamkan bukan untuk kepahaman.

Baca Juga: Kisah Imam Al Hasan Al Bashri Temukan Keajaiban Wanita yang Selamat dari Siksa Kubur Gegara Amalan Ini

Sholeh kakak Wali Paidi ini memang sangat cerdas dan pintar, sejak lulus madrasah ibtidaiyyah ( setingkat SD) dia sudah mondok, dia selalu dapat rangking dikelasnya.

Sehingga tidak heran ketika dia lulus dia diambil menantu seorang Kyai di daerah Kediri, dan setelah ayah mertuanya wafat, dialah yang meneruskan menjadi pengasuh pondok pesantren peninggalan mertuanya.

Sedangkan kakak Wali Paidi yang kedua yaitu seorang perempuannya menjadi istri Kyai besar didaerah Jawa tengah.

Kaka Wali Paidi memang cantik, kulitnya putih seperti ibunya dan wajahnya elok ke arab-araban seperti bapaknya. Kakak perempuannya ini sering dan berkali – kali ketika pulang meminta orang tuanya untuk tinggal dengannya.

Namun ibunya tidak ingin pindah ke jawa tengah dan kemauan kakaknya ini sangat didukung keluarga suaminya, kebetulan keluarga suami kakaknya ini kaya raya.

Bukan karena pondoknya yang besar tapi keluarga suami kakakku ini mempunyai kebun teh yang ber hektare-hektare luasnya.

Tapi orang tuanya tidak mau menerima tawaran kakak perempuannya ini, mereka sudah bahagia melihat anak mereka bahagia itu alasan mereka.

Kakak perempuan Wali Paidi ini juga sejak kecil sudah berangkat mondok di pesantren di daerah Jawa tengah dan ketika lulus kakaknya ini di ambil menantu oleh pengasuh pondoknya.

Sedangkan sejak kecil Wali Paidi selalu dirumah, ketika ditawari untuk mondok dia tidak mau, Wali Paidi masih ingin berbakti kepada orang tuanya.

Karena orang tuanya sudah tua, Wali Paidi tidak tega kalau meninggalkan orang tuanya sendirian tanpa siapa–siapa yang selalu siap membantunya. Wali Paidi sudah sangat senang melihat kakak-kakaknya telah menjadi orang semua.

Tapi ketika Wali Paidi sudah lulus Aliyah (Setaraf SMU), dia disuruh Abahnya untuk mondok. Abahnya bermimpi bertemu dengan Sunan Gunung Jati yang menyuruhnya untuk memondokkan anaknya.

Baca Juga: Profil Arief Rosyid, Riwayat Hidup Arief Rosyid sebagai Dokter-Aktivis

Ibunya sebenarnya menentang keras keinginan Abahnya, Ibunya ini tidak tega melihat Wali Paidi pergi sendirian di tempat yang jauh.

Memang Ibunya sangat sayang dan memanjakan Wali Paidi, tapi Abahnya tetap bersikukuh untuk tetap memondokkan Wali Paidi, keputusan abahnya tidak bisa diganggu gugat.

Abahnya ini memang keras dan tidak mau mengalah kalau mengenai hal-hal yang bersifat aqidah, walaupun dihal lain yang tidak bersifat aqidah Abahnya ini sering mengalah terhadap ibunya.

Berangkatlah Wali Paidi mondok ke jombang sesuai petunjuk Sunan Gunung jati yang disampaikan melalui Abahnya. Pondok Wali Paidi ini pondok yang sangat istimewa.

Santrinya memang sedikit, tapi rata-rata pintar dan Alim semua. Anak-anak yang mondok disini rata-rata sejak Tsanawiyah sudah disuruh menghapalkan Al-Quran dan kebanyakan mereka ketika lulus sudah bisa hapal Al-qur’an dan ketika memasuki Aliyah baru diajarkan ilmu Nahwu Shorof.

Pengasuh pondok Wali Paidi ini orangnya terlihat biasa, perawakannya kecil dan kulitnya agak hitam karena seringnya Beliau pergi kesawah.

Akan tetapi, menurut khabar dari santri-santri yang didengar oleh Wali Paidi bahwa Kyai pengasuh ini sebenarnya adalah seorang Wali yang Mastur (tersembunyi).

Ketika Wali Paidi sowan dengan Abahnya ke pengasuh pondoknya, abahnya bilang kepada Mbah Kyai: "Mbah Kyai, saya titipkan anak saya kepada Panjenengan.

Saya pasrah dan Ridho dengan apapun yang akan Mbah Kyai lakukan terhadap anak saya, andai Mbah Kyai menyembelihnyapun, saya ikhlas…”

“ Ingih…inggih…Insyaa Allah anak sampeyan ini jadi orang yang bermanfaat…” Ujar Mbah Kyai.

Lalu Wali Paidi diantar abahnya ke kamar pondoknya. Abahnya berkata kepada Wali Paidi : "Nak…aku memondokkan kamu ini bukan bertujuan membuatmu supaya pinter, tapi aku pingin kamu mondok ini belajar akhlaq yang baik kepada Kyaimu.

Baca Juga: Berikut 6 Sunnah dalam Shalat Jenazah Menurut Mazhab Imam Syafi'i

Lanjut Abahnya, "apapun yang diperintah Kyaimu laksanakan dengan ikhlas, andai Kyai menyuruhmu memotong tanganmupun kamu harus melakukannya, tanpa harus bertanya apa alasannya…!”

“ Inggih Abah…!” Jawab Wali Paidi.

Keesokkan harinya Wali Paidi dipanggil oleh Mbah Kyai kendalem, bergegaslah Wali Paidi menemuai Mbah Kyai.

Setelah bersalaman Wali Paidi duduk di lantai, di depannya Abah Kyai duduk dengan bersandarkan tembok, kaki kanannya diangkat dan tampak di selipan jari tangan kanan Abah Kyai terselip rokok kretek Gudang garam hijau.

“Paidi…kamu mondok disini gak usah ikut belajar ngaji, percuma otakmu gak akan kuat untuk menghapalkan Al-qur’an, apalagi belajar nahwu dan shorof...!” Ucap Mbah Kyai.

Wali Paidi terdiam, hatinya merasa terpukul dan sedih, tidak menyangka Kyainya akan berkata seperti itu, walau pesan Abahnya kepada dirinya kepintaran bukan tujuannya untuk dipondokkan, tapi ucapan Kyainya ini begitu menghujam hatinya.

"Mengapa…apa kamu gak terima, kalau kamu gak terima dan gak mau mondok disini ya pulang saja...!”
Kata Kyainya dengan cuek.

Setelah menghisap rokoknya, Kyai berkata lagi: "Abahmu menitipkan kamu kepadaku ini supaya mendidikmu, menjadikanmu sebagai orang yang bermanfaat dan aku lihat kamu ini gak cocok untuk belajar.

Jika kamu ngaji, gak ada manfaatnya karena otakmu yang kendo itu, aku melihat kamu ini lebih pas kalau menjadi kacung disini.

Dan membantu bersih-bersih di dalem, dan membantu memudahkan santri-santri lain untuk belajar disini, membersihkan kamar mereka, menatakan sandal mereka, mengisi bak kamar mandi dan sebagainya...!”

Baca Juga: Cerita Kayes Pas PDKT Sama Celiboy, Berawal Sering Disebut Mirip Hingga Stalking

Wali Paidi terdiam hatinya marah bercampur sedih, dia sangat sedih dibilang otaknya kendo, tapi dia teringat pesan Abahnya untuk manut atas apapun perintah Kyainya.

“ Bagaimana, apa kamu sanggup menjadi kacung disini…” Ucap Kyainya lagi.

“Inggih Kyai…” Jawab Wali Paidi pelan.

“Kalau begitu mulai sekarang kamu bersih-bersih di dalem , habis itu bersih-bersih pondok…” Ucap Kyainya.

Sejak saat itu Wali Paidi selama di pondok hanya menjadi kacung bagi santri yang lain.

Pertama dia agak uring–uringan menjalankan perintah Kyainya ini, tapi lama kelamaan hatinya menjadi sadar,dia sebenarnya juga belajar, belajar menjalankan perintah Kyainya dengan baik dan benar.

Namun hanya perintah bagi dirinya saja yang berbeda, dia disuruh melayani santri yang lain, sedang santri yang lain di perintah untuk belajar dengan tekun, sama-sama menjalankan perintah Kyai.

Di suatu malam sehabis magrib, Wali Paidi duduk termenung di depan kamarnya, dia melihat Para Santri ada yang menhapalkan Al-qur’an dan sebagian yang lain bermusyawarah membahas permasalahan Nahwu dan Shorof.

Hati Wali Paidi menjadi gundah, dia merasa sangat bodoh dan gak bisa apa-apa, apalagi kemarin kakaknya berkunjung kepadanya dan mengetes kemampuannya dalam hal pengetahuan Agama dan dia tidak bisa sama sekali untuk menjawab pertanyaan kakaknya itu.

Di lihatnya Para Santri punya kemahiran di bidangnya masing–masing, sedang dia hanya bisa menyapu dan menata sandal mereka, dalam kegundahannya itu Wali Paidi tertidur dengan posisi terduduk didepan kamarnya.

Tak berselang lama, Wali Paidi bermimpi, dalam mimpi tersebut Wali Paidi mendapat isyarat dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW agar tetap tegar, sabar dan ikhlas dalam menjalankan perintah Sang Kyai yang akan berbuah ilmu hikmah yang memenuhi relung hati.

Itulah Kisah awal mula Wali Paidi ketika Beliau masih mondok. Kisah ini saya kutip dari akun YouTube MIMBAR SEJARAH ISLAM.

Baik kita lanjut kisahnya, dikisahkan setiap tanggal sepuluh Arafah ada perkumpulan empat puluh wali diatas gunung di daerah Makkah, empat puluh wali ini tersebar ke seluruh pelosok dunia dan setiap tahun mereka berkumpul di atas bukit di daerah Makkah ini (maaf tempat dirahasiakan).

Dengan Kudrat Iradat Allah SWT, Para Wali mempunyai berbagai karomah yang luar biasa, Mereka ada yang datang dengan cara terbang, ada yang naik sajadah seperti Aladin, ada yang muncul dari dalam perut bumi, ada yang naik burung, ada yg cling tiba-tiba sudah di tempat.

Acara tahunan ini, (semacam reuni) yang di pimpin langsung oleh Sulthonul Auliyaa' yaitu Rajanya Para Wali yang setiap masa hanya satu orang di JAGAD SELURUH ALAM SEMESTA ini.

Diatas bukit mulai terdengar dentuman-demtuman lantunan dzikir yang terpancar dari hati mereka, diatas bukit Para Malaikat berwujud awan ikut menyemarakkan acara reuni tahunan ini.

Dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi berlantunkan takbir, tahmid dan Tahmid

Tampak di kejauhan di bawah bukit ada orang yang tidak terlalu tua tampak tertatih-tatih dan sangat kesulitan mencoba menaiki bukit.

Berbeda dengan Wali-Wali yang datang sebelumnya, seorang tua ini tampak sangat kesulitan menaiki bukit dengan tongkatnya, dia berusaha melewati bebatuan yang terjal dan berliku.

Baca Juga: Menikmati Libur Idul Adha di Bungursari Lake Park Bersama Orang Tercinta

Kadang dia berhenti sebentar untuk mengatur pernafasannya lalu melanjutkkan menaiki bukit lagi, setelah sampai dipuncak tampak jelaslah orang ini.

Gemuruh nafasnya masih tampak tersengal- sengal kecapekan. Pakaiannya biasa, Jubah putih yang agak kecoklatan agak kotor, walaupun kelelahan wajahnya selalu tersenyum, dari wajahnya bisa dikatakan orang ini gak gampang meremehkan orang lain, Tawadhu dan sopan.

Para wali menghentikan aktifitasnya setelah melihat kedatangan orang tua ini, Suasana tiba-tiba hening, satu persatu Para Wali menyalami orang ini dengan penuh hormat dan ta'dhim...

''Ahlan wa sahlan ya Habiballah Yaa Sulthanul Auliyaa'...'' Ucap mereka.

Ternyata orang yang tampak biasa sekali ini adalah Rajanya Para Wali, Keramatnya dan Kesaktiannya seakan tidak ada sama sekali.

''Tolong panggilkan Paidi orang indonesia itu suruh kesini!"_
Ucap Sang Sultonul Auliyaa' kepada Para Wali disela-sela kerumunan Para Wali.

Munculah seorang pemuda dengan jas layaknya tentara dan peci hitam yang agak tinggi, dari wajahnya terlihat kalo Paidi ini pemuda yang kocak, dengan wajah cengar-cengir pemuda ini mendekati Sang Sultan Auliyaa' dan mencium tangannya.

Setelah Wali Paidi ini menghadap, sang Sulthon ini berkata kepdnya: ''Di.... Paidi sini aku minta rokoknya dan tolong sekalian masak air buatkan kopi...!!!''

Hehehe... ternyata Wali yang kemana-mana membawa rokok dan kopi hanya Wali Paidi dari Indonesia.

Singkat cerita, ketika acara perkumpulan empat puluh wali ini selesai, Wali Paidi Segera pulang beberapa hari ke Indonesia untuk melakukan Suluk Nyepi ke Gua di gunung Arjuna sesuai perintah Sang Sulthonul Auliyaa.

Wali Paidi mulai berkemas untuk berangkat ke gunung Arjuna. Ber pres-pres rokok sudah disiapkan, mulai dari Dji sam soe, Gudang Garam dan Djarum sudah lengkap, tidak ketinggalan kopi satu blek juga dibawanya sebagai bekal.

Setelah sampai di kaki gunung Arjuna Wali Paidi mulai mendaki mencari Gua yang di maksud oleh Sang Sulthonul Auliyaa.

Baca Juga: Resmi! Franck Kessie Berseragam Barcelona

Pada hari yang ketujuh sejak pendakian Wali Paidi akhirnya menemukan gua tersebut, Gua itu mulutnya kecil tertutup ilalang tapi dalamnya luas , dipojok kiri ada sumber mata air dan di pojok kanan ada batu yang menyerupai meja yang kemungkinan oleh yang punya gua ini dulu dipakai untuk sholat.

Wali Paidi menaruh barang bawaannya di sebelah batu yang mirip meja tsb dan pergi menuju ke mata air untuk mandi dan berwudlu.

Ketika mandi hati Wali Paidi ini degan sendirinya berdzikir dengan cepat secara otomatis, Pengetahuan Ruhani Wali Paidi semakin bertambah, hatinya berbunga-bunga tanpa dapat Beliau cegah, Nur bashirohnya semakin terang benderang.

Setelah berwudlu, Wali Paidi ini melakukan sholat di atas batu yang mirip meja itu, beratus-ratus rokaat tanpa terasa telah berlalu, dan Wali Paidi baru sadar ketika terdengar Ayam berkokok.


Wali paidi turun dari batu menuju tempat perbekalannya untuk membuat kopi dan duduk santai sambil merokok, Panci sudah di keluarkan dan rokok Dji sam soe Reefil sudah di siapkan.

Tapi alangkah kagetnya, Wali Paidi ini ketika mencari korek tidak ada, ia keluarkan semua isi tasnya tapi tetap saja korek tidak ditemukan.
''Wadoh ciloko iki". Wali Paidi bergumam sendiri.

Dia melihat kopi satu blek yang aromanya begitu harum dan berpres-pres rokok berbagai merk tergeletak disamping kopi.

''Wes.. wes.. muspro kabeh iki, kok bisa koreknya gak kebawa..'' Kata Wali Paidi mulai kesal.

Satu dua hari dilalui Wali Paidi ini tanpa Kopi dan rokok dan pada hari yang ketiga, Wali Paidi mulai tidak tahan, hatinya semeblak ketika melihat kopi dan rokok yang terkulai tak berguna.

Wali Paidi mulai membaca hizib, semua hizib ia kerahkan dan setelah membaca Asyfa' tiga kali,

Wali Paidi ini mengusapkan telapak tangannya pada matanya dan byarr... Seluruh alam jin dan makhluk halus lainnya tampak sangat jelas.

Terlihat Oleh Wali Paidi segerombolan jin diluar gua sebelah kiri, Kira-kira 10 meter dari mulut gua.

Wali Paidi mendatangi bangsa jin yang terdekat dengan Gua tersebut, Gerombolan jin yang melihat Wali Paidi datang, dan tampak sangat ketakutan.

''Ada yg punya korek api?'' Tanya Wali Paidi kepada bangsa jin.

''Kami gak punya''. Jawab mereka.

Wali Paidi langsung mengobrak abrik tempat Para Jin tersebut, Para Jin lari tunggang langgang dan banyak sekali yang terluka.

Baca Juga: Arief Rosyid Dipecat DMI, Palsukan Tanda Tangan Ketum Jusuf Kalla dan Sekjen Imam Addaruqutni

Selanjutnya Setiap tempat yang ada jinnya didatangi oleh Wali Paidi ini dan kalau ditanya jawabannya nggak punya korek api maka Wali Paidi ini langsung mengobrak abrik tempat tersebut.

Gemparlah seluruh bangsa jin di gunung Arjuna melihat sepak terjang Wali Paidi ini, seluruh desa dan kota dari kerajaan jin di Gunung Arjuna ini telah di obrak abrik oleh Wali Paidi.

Nama Wali Paidi menjadi terkenal menjadi momok yang menakutkan dikalangan bangsa jin.

Dan akhirnya, tibalah Wali Paidi ini dipusat kerajaan bangsa jin, ketika sampai di gerbang Kerajaan, Wali Paidi disambut oleh dua jin prajurit yang memang oleh Raja mereka diperintahkan untuk menyambut Wali Paidi dan mengantarkan kepadanya.

Tampak wajah-wajah yang ketakutan di wajah prajurit jin ini melihat Wali Paidi.

Dengan suara tergagap - gagap, Prajurit ini mempersilahkan kepada Wali Paidi untuk masuk Istana dan menemui Raja mereka.

Dalam Istana, Raja Jin yang bernama Ismoyo ini sudah menunggu kedatangan Wali Paidi, setelah Wali Paidi masuk istana, Raja Ismoyo ini langsung turun dari singgasananya menyambut langsung Wali Paidi dan mempersilahkan Wali Paidi untuk duduk di sampingnya.

Baca Juga: Bob Tutupoly Meninggal Dunia, Anak Ungkap Penyakit yang Diderita

Dengan agak takut Raja Ismoyo ini bertanya: ''Hamba dengar Tuan Wali telah membuat geger kerajaan hamba, Tuan telah mengobrak abrik seluruh wilayah kerajaan hamba, Apakah gerangan yang Tuan cari, sehingga tuan murka begini, mungkin hamba bisa membantu".

Wali Paidi menjawab :
''Aku mencari korek, apakah sampeyan punya...?''

***

Editor: Solahudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x