Ia juga mengatakan bahwa pemerintah menargetkan prevalensi penurunan stunting sebesar 14 persen di tahun 2024.
"Sampai saat ini stunting masih menjadi prioritas permasalahan yang perlu ditangani dimana pemerintah menargetkan prevalensi penurunan stunting sebesar 14 persen di tahun 2024," kata dokter Deni.
Baca Juga: Syahdu Pisan! Kemenkeu Berikan Piagam Penghargaan WTP ke Kabupaten Purwakarta
Sementara, prevalensi stunting berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2021 sebesar 5,8 persen dan menurun pada tahun 2022 sebesar 3 persen.
"Angka tersebut menunjukkan bahwa upaya-upaya penurunan stunting di Kabupaten Purwakarta membuahkan hasil yang sangat optimal dengan penurunan diangka 1,8 persen," kata Deni.
Deni juga menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kekurangannya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang.
"Faktor penyebab hal itu diantaranya dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1000 HPK. Anak yang tergolong stunting adalah apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku," tutur Deni.
Lebih lanjut, Deni mengatakan bahwa Dinkes kini telah mendapatkan data hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2022 dan sudah dapat diketahui kondisi status gizi masing masing desa baik presentase stunting, gizi buruk dan masalah gizi lainnya.