Awal Mula Sejarah Maulid Nabi Atau Muludan, Berikut Beserta Hukum Keutamaan dan Dalil Diperbolehkan Maulid

- 4 Oktober 2022, 13:12 WIB
Twibbon Maulid Nabi 2022.
Twibbon Maulid Nabi 2022. /Twibbonize.com/DISKOMINFO TPI

PURWAKARTA NEWS - Kata Muludan berasal dari kata Maulid atau milad, dalam bahasa Arab berarti hari kelahiran. Maka, perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di kalangan umat Islam setelah Rosulallahwafat.

Secara subtansi, peringatan Maulid Nabi adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam buku Sejarah Maulid Nabi (2015), yang dicatat oleh Ahmad Sauri dikatakan bahwa kebiasaan bangsa Arab dalam perayaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang sering disebut Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Hidup Manusia Adalah Untuk Melihat Kuasa Allah SWT, Bukan Ingin Masuk Surga, Awas Itu Nafsu!

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Ngeritik Pejabat Bukan Berarti Benci NKRI, Ngeritik Kyai Bukan Berarti Benci Islam!

Catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafaul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa

Selain itu, dalam catatan tersebut juga dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha, Orang Kafir Akan Menganggap Benar Jika Bisa Menghidupkan Orang Mati, Begini Nabi Menyikapinya

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Amal Sedikit Lebih Baik Dari Amal Banyak Ketika Bisa Melakukan Hal ini, Simak Penjelasannya!

Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.

Nabi Muhammad diyakini lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (570 Masehi). Namun dalam catatan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006) ada juga pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa Nabi lahir lima belas tahun sebelum peristiwa gajah.

Ada juga yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa tahun sesudah Tahun Gajah, ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai tujuh puluh tahun.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Karena Tidak Mau Tersenyum Kepada Rosulallah Malaikat Malik Penjaga Neraka Dibentak Jibril

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Amal kebaikan yang DiPerlihatkan Lebih Utama Jika Tidak Ria, Simak Penjelasannya!

Di Jazirah Arab, masa sebelum Islam didakwahkan Nabi Muhammad sering disebut sebagai zaman Jahiliyah atau masa ketidaktahuan, sesat, atau bodoh.

Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati (2007), kondisi ini kerap dilekatkan dengan keputusan Allah yang menurunkan Rasul terakhirnya di tanah tersebut.

Masyarakat Arab berada di tengah impitan imperium Romawi dan Persia. Kedua kekuatan ini memperebutkan wilayah Hijaz di Timur Tengah yang waktu itu belum terkuasai. Letak Hijaz atau Jazirah Arab yang berada di tengah itulah yang dijadikan patokan para mufasir dan sejarawan Islam untuk menafsirkan ‘teka-teki ketuhanan’ mengapa Muhammad lahir di daerah ini.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Awas Hal ini Adalah Istiqomah Nafsu Bukan Istiqomah Ilmu!

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Semua Hal Diragukan Kehalalannya, Hanya Air Hujan yang Terjamin

Menurut Quraish Shihab, jika pesan hendak disampaikan ke seluruh penjuru, maka si penyampai pesan mesti berdiri di tengah agar pesan mudah tersebar dan menghindari kekuatan yang dapat menghalangi tersebarnya pesan tersebut. Timur Tengah adalah jalur penghubung Timur dan Barat, maka wajar jika kawasan tersebut menjadi tempat menyampaikan pesan Ilahi yang terakh

Quraish Shihab juga menerangkan, Makkah sebagai tempat kelahiran Nabi merupakan pusat Hijaz yang menjadi simpul pertemuan para pedagang dan seniman dari pelbagai penjuru. Muhammad berasal dari suku Quraisy yang berpengaruh di Makkah. Suku ini mempunyai dua keluarga besar yakni Hasyim dan Umayya

Dalam buku Sejarah Maulid Nabi (2015), yang dicatat oleh Ahmad Sauri dikatakan bahwa kebiasaan bangsa Arab dalam perayaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang sering disebut Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Rosulallah Tidak Pernah NETRAL, Pasti Berpihak Kepada Hal yang Benar

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Ungkap Sholat Tahajud Adalah Syarat Rosulallah Agar Bisa Memberi Syafaat Untuk Umatnya

Catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafaul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa.

Selain itu, dalam catatan tersebut juga dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Aneh, Waliyullah ini Tidak Mau Melihat Allah di Surga Karena Alasan ini!

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Dahsyat Azab Satu ini, Awas Jangan Mau Terlihat Sholeh Padahal tidak, Ikhlaslah Dalam Beramal!

Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.

Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra). Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab.

Hal ini dilakukan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Amalkan ini Niscaya Selalu Mendapat Doa Malaikat agar Hidup Berkah Rezeki Berlimpah

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Bolehkah Soal UN Dibuka Sebelum Waktunya? Berikut Momen Pertanyaan Lucu

Lantas, apa hukum mengadakan Maulid Nabi? Berikut kami akan menyuguhkan berbagai kumpulan dalil tentang dibolehkannya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Di dalam kitab Anni’matul Kubra, alal Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M) diterangkan tentang keutamaan-keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

1. Sayyidina Abu Bakar RA. berkata:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان رفيقي في الجنة

"Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga."

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Banyak yang keliru Memahami Ayat Laa Iqroha Fidiin! Awas ini Faham Orang Liberal!

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Rosulallah Takjub Saat Mendengar Ungkapan Sahabat, Sehingga Dirinya Dicap Sebagai Ahli Surga

2. Berkata Sayyidina Umar RA.
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”

3. Berkata Sayyidina Utsman RA:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين

“Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.”

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Rosulallah Tidak Mau Mengomentari Sahabat yang Selalu Bertengkar Sama Istrinya, alasannya Lucu

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Hati-hati Membaca Solawat Seperti ini, Dalih Ingin Mendapat Pahala Malah Berdosa

4. Sayyidina Ali RA. berkata:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”

5. Imam Hasan Bashri RA. berkata:
وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا فأنفقته على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم

“Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati Maulid Nabi SAW."

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Momen Lucu, Ada yang Bertanya Musadek yang Ngaku Nabi Mondoknya di Pesantren Mana? Ngakak!

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Jangan Dipertentangkan Agama Islam Dengan Budaya! Waliyullah Juga Tidak Mempermasalahkan

6. Imam Junaed al-Baghdadi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya, berkata:
من حضر مولد النبي صلى الله عليه وسلم وعظم قدره فقد فاز بالإيمان

"Barangsiapa menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagian dengan penuh keimanan.”

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Satu kali Semur Hidup Anda Harus Meniru Cara Shodaqoh Syaidina Ali!

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Hukum Mubah Bisa Jadi Haram Jika Melakukan Hal ini, Awas Jangan Dilakukan!

7. Imam Ma’ruf al-Karkhi, semoga Allah membersihkan sir (rahasianya)

من هيأ طعاما لأجل قراءة مولد النبي صلى الله عليه و سلم و جمع اخوانا و أوقد سراجا و لبس جديدا و تبخر و تعطر تعظيما لمولد النبي صلى الله عليه و سلم حشره الله يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين و كان فى أعلى عليين

“Barangsiapa menyediakan makanan untuk pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (illiyyin).”

Baca Juga: Ungkap Gus Baha Syaidina Ali Ternyata Waliyullah Besar! Wiridan ini yang Menjadikannya Waliyullah

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Zaman Dulu Begini Cara Waliyullah Mendidik Bangsa Indonesia! Barokahnya Terasa Sampai Sekarang

8. Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:
: ما من شخص قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ملح أو بر أو شيئ أخر من المأكولات الا ظهرت فيه البركة و فى كل شيئ وصل اليه من ذلك المأكول فانه يضطرب و لا يستقر حتى يغفر الله لأكله وان قرئ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ماء فمن شرب من ذلك الماء دخل قلبه ألف نور و رحمة و خرج منه ألف غل و علة و لا يموت ذلك القلب يوم تموت القلوب . و من قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا و خلط تلك الدراهم بغيرها و قعت فيها البركة و لا يفتقر صاحبها و لا تفرغ يده ببركة النبي صلى الله عليه و سلم

“Tidaklah seseorang yang membaca Maulid Nabi SAW. ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya,

Baca Juga: Ngaji Gus Baha Bongkar Perdebatan Syekh Siti Jenar dan Kalijaga, Hati-hati Hakikat ini Khoyali!

Baca Juga: Gus Baha Bahas Tips Menyikapi Saat Terjadi Pertengkaran Suami Istri

Dan sekirannya dibacakan Maulid Nabi SAW ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari dimatikannya hati-hati itu,


Dan barangsiapa yang membaca Maulid Nabi SAW pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi SAW."***

Editor: Solahudin

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini