Wasekjen Golkar Usul Jokowi Jadi Cawapres 2024 Dampingi Airlangga, Rocky Gerung Bilang Begini

- 30 Oktober 2020, 21:49 WIB
Rocky Gerung tanggapi usulan Leo Nababan, Jokowi jadi Cawapres bersama Airlangga Hartarto sebagai Capresnya di Pilpres 2024.
Rocky Gerung tanggapi usulan Leo Nababan, Jokowi jadi Cawapres bersama Airlangga Hartarto sebagai Capresnya di Pilpres 2024. /Tangkap layar channel YouTube Rocky Gerung Official

PURWAKARTA NEWS - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Golongan Karya (Golkar) Leo Nababan melontarkan usulan unik agar Joko Widodo atau Jokowi, menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi calon presiden (Capres) Airlangga Hartarto, Ketua Umum Golkar dalam pilpres 2024.

Menanggapi usulan tersebut, Rocky Gerung melontarkan kritik dan dugaan-dugaannya terhadap isu tersebut saat berbincang dengan Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN).

Dalam video "Airlangga Hartarto Capres Gajahmada Cocok Jadi Cawapresnya" yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Kamis, 29 Oktober 2020, Rocky sambil tertawa, menyindir usulan unik tersebut.

Baca Juga: Apa Iya Mengantongi Batu Bisa Bikin Kita Kuat Menahan BAB? Cek Faktanya ya

"Jangan-jangan sebetulnya Pak Jokowi yang menginginkan itu lalu pakai nama Golkar, lewat (Leo) Nababan," ujar Rocky sambil tertawa, dikutip PORTAL JEMBER dari kanal YouTube Rocky Gerung Official dalam judul "Jokowi Diusulkan Jadi Cawapres 2024 Dampingi Airlangga Hartarto, Rocky Gerung: Megawati Ketua Golkar."

Meski begitu, Rocky mengakui usulan tersebut sangat menarik karena hal itu seolah-olah mencerminkan ketiadaan sosok pemimpin di negeri ini.

"Kalau Airlangga (Hartarto) jadi presiden, itu bagian dalam kompetisi elektoral, tapi kalau Pak Jokowi turun jadi wakil presiden, itu artinya kita kehilangan stok kaderisasi politik," kata Rocky.

Sambil bercanda, Rocky menambahkan usulan Leo Nababan, jika Airlangga Hartarto menjadi Capres dan Jokowi menjadi Cawapres, Megawati seharusnya menjadi Ketua Umum Golkar menggantikan Airlangga Hartarto.

Baca Juga: Bukan Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil yang Resmikan Masjid dan Graha HMI Bandung

"Mustinya sekaligus diusulkan, Airlangga jadi presiden, lalu Pak Jokowi jadi wakil presiden, itu berarti Golkar tidak punya ketua maka saya tambahkan supaya digantikan oleh Ibu Mega," sindir Rocky.

"Pak Ma'ruf Amin sebagai mantan wakil presiden sebaiknya menjadi ketua PDIP, jadi terjadilah sirkulasi elit sebetulnya," imbuhnya.

Rocky menjelaskan, situasi tersebut benar-benar menunjukkan bahwa politik hanya dikuasai oleh sekelompok elit di negara ini. Akan tetapi, hal itu bisa saja tidak menjadi masalah jika masyarakat menganggap kondisi tersebut sebagai bagian dari hiburan politik.

Baca Juga: Presiden Macron Semasa Sekolah Pacaran Sama Gurunya yang Sudah Bersuami

Hersubeno menjelaskan, Leo mengusulkan hal tersebut agar nantinya Jokowi bisa kembali mencalonkan diri sebagai presiden untuk mengawal proses pembangunan di Indonesia.

"Kalau ada teknologi yang bisa membangkitkan politisi zaman dulu, bisa juga nanti 2024, Gajahmada, Raden Wijaya, Tunggul Ametung, bisa ikut kompetisi (capres-cawapres)," sahut Rocky sambil tertawa.

Menurut Rocky, kondisi ini benar-benar menjadi hiburan politik saat Indonesia menemui jalan buntu dan menjadi hinaan negara-negara lain.

Rocky pun mengungkapkan, tak perlu jauh-jauh mengambil contoh dari luar negeri, sebab praktik seperti itu sudah terjadi sejak lama di tingkat daerah.

"Ada wali kota yang turun jadi wakil nanti dia naik lagi, ada wali kota yang digantikan oleh istrinya nanti wali kota sebelumnya jadi caleg di kota lain. Jadi tukar tambah di antara elit sebetulnya, dalam upaya untuk menghalangi perubahan politik," ungkap Rocky (Boy Nugroho/portaljember).***

 

Editor: Muhammad Mustopa

Sumber: Portal Jember


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

x