Semakin Menjadi Jadi Usai Dibela Presiden Prancis, Charlie Hebdo Ejek Presiden Turki

- 31 Oktober 2020, 15:31 WIB
Sampul Charlie Hebdo ejek Presiden Recep Tayyip Erdogan
Sampul Charlie Hebdo ejek Presiden Recep Tayyip Erdogan /Nypost

Kartun Charlie Hebdo pertama kali memicu pertumpahan darah pada tahun 2015 ketika teroris membunuh 12 orang di kantor majalah tersebut karena kartun Nabi Muhammad, yang pertama dari serangkaian serangan ekstremis di Prancis.

Bulan ini, guru sekolah berusia 47 tahun Samuel Paty dipenggal di Paris sebagai balas dendam karena menunjukkan kepada murid-murid beberapa kartun majalah sebagai bagian dari kelas kebebasan berbicara.

Macron membela hak majalah tersebut untuk membagikan gambar-gambar itu, alih-alih menyerang ekstremisme Islam.

Bahkan sebelum sampul hari Rabu, Erdogan telah mempertanyakan kewarasan Macron dan menyerukan boikot produk Prancis, yang mengarah ke kartun sampul hari Rabu.

Juru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal mengatakan negara itu tidak akan mundur karena "intimidasi".

Baca Juga: Ternyata Ini yang Bikin Presiden Prancis Jatuh Cinta pada Istri Walau Beda Usia Seperempat Abad

“Prancis tidak akan pernah melepaskan prinsip dan nilainya, dan terutama kebebasan berekspresi dan kebebasan publikasi,” kata Attal.

"Itu adalah komentar kebencian terhadap jurnalis, terhadap ruang berita, yang menyebabkan pertumpahan darah yang telah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir di negara kita," katanya, mengacu pada pembantaian di kantor Charlie Hebdo tahun 2015.***

Halaman:

Editor: Muhammad Mustopa

Sumber: nypost


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah