Cek fakta: Benarkah Makan Sambil Nonton TV Dapat Merusak Otak? Cek di Sini!

19 Oktober 2020, 11:38 WIB
ILUSTRASI otak.* /pixabay

PURWAKARTA NEWS – Makan sambil menonton televisi (TV) memang berbeda kesannya. Meskipun tak dianjurkan setiap saat, makan sambil nonton TV untuk sesekali sah-sah saja. Apalagi misalnya, sambil nonton informasi positif yang penuh dengan edukasi.

Belum lama ini, ada informasi tentang daftar tujuh perilaku yang dapat merusak otak beredar di media sosial yang diklaim berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Salah satunya makan sambil nonton TV.

Berikut narasinya:

Baca Juga: Bebas Denda Pajak Kendaraan Bermotor di Jabar Sampai 23 Desember 2020, Berikut Cara dan Syaratnya!

"7 kebiasaan yang dapat merusak otak”

1. Melewatkan sarapan
2. Tidur larut malam
3. Konsumsi makanan dengan kadar gula yang tinggi
4. Tidur berlebih terutama pada pagi hari
5. Makan sambil menonton televisi (TV) atau di depan computer
6. Menggunakan penutup kepala atau kaus kaki ketika tidur
7. Kebiasaan menunda buang air kecil

Berdasarkan penelusuran yang dikutip Purwakarta News dari Antara, informasi terkait tujuh kebiasaan yang dapat merusak otak menurut WHO adalah tidak benar atau hoaks.

Begini Penjelasannya:

Mengutip cek fakta AFP berjudul "Hoax WHO graphic circulates online in the Philippines warning of 'biggest brain damaging habits" yang diunggah pada 13 Oktober 2020, daftar tersebut bukanlah informasi yang berasal dari WHO.

Ada perwakilan WHO yang mengatakan bahwa semua daftar perilaku yang dituliskan dalam daftar tersebut adalah menyesatkan. Daftar tersebut dibuat tanpa bukti sains.

Baca Juga: Isu Kepulangan Habib Rizieq, Mahfud MD: Pulang saja, Tak dilarang

Baca Juga: Ahli: Pilek dan Hidung Mampet Tidak Selalu Pertanda COVID-19

"Melewatkan sarapan, tidur telat, konsumsi gula berlebih, tidur di pagi hari, makan sambil menonton televisi atai di depan komputer, menggunakan pakaian ketika tidur, dan menahan pipis, tidak terbukti merusak otak," demikian perwakilan WHO seperti dikutip AFP.

AFP juga menemukan berbagai lembaga kesehatan menyarankan bahwa kesehatan otak tidak ditentukan oleh faktor sosial saja, tetapi juga genetika.***

 

 

Editor: Opie Febiwara

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler